Kamis, 29 Januari 2009

Kapasitas Bumi Kita



KAPASITAS bumi untuk menampung manusia berapa sih ? Menurut Botlin dan Keller, dalam Earth as a Living Planet, kapasitas bumi kita hanya bisa menampung 2,5 milyar manusia jika cara hidup manusia seperti cara hidup orang Amerika. Tapi kalau cara hidup manusia seperti orang Afrika, maka daya tampung bumi dapat mencapat 40 milyar manusia.

Sekarang ini manusia yang ada di bumi sekitar 7 milyar orang. Luas daratan di permukaan bumi yang semakin berkurang (akibat erosi, mencairnya es di kutub, meningkatnya daerah yang tidak bisa dihuni dll) menyebabkan jatah luasan per orang cuma sekitar 1,2 hekar. Satu koma dua hektar ini disebut sebagai “Biocapacity”. Biokapasitas yang cuma 1,2 ha harus dipakai secara bersama-sama oleh hewan lain dari semut hingga gajah, yang kesemuanya perlu makan, minum, buang limbah dsb.

Sementara itu, jatah 1,2 ha tanah per orang harus digunakan untuk tanaman pangan, tanaman untuk sandang, papan untuk perumahan, perabot rumah seperti furnitur dll. Di tanah yang 1,2 ha itu pula harus digunakan untuk industri, pembuangan limbah industri.

Mahluk hidup selain manusia (hewan dan tumbuhan) makan dan minum secukupnya, buang limbah pun dapat terus dimanfaatkan oleh mahluk lain, diantara sesama mereka pun ada yang saling makan.

Sementara itu, mahluk hidup yang bernama manusia, sebagian dari mereka makannya sangat banyak melebihi kapasitas perutnya sendiri. Dan, sebagian lagi sampai kekurangan makan.

Kapasitas bumi untuk menampung manusia semakin berkurang, sementara itu jumlah manusia juga semakin bertambah, jumlah limbah yang berbahaya, beracun dan berbau juga semakin memenuhi bumi, yang tentunya akan mempengaruhi kualitas kehidupan manusia. Jumlah sampah industri, sampah rumahtangga semakin memenuhi bumi.

Kualitas udara semakin berkurang, kualitas air semakin buruk, penyakit menular mewabah, lalu apa usaha kita untuk menjaga bumi ini tetap bersih dan layak huni ?

Demikian juga persediaan energi yang kian menipis, maka semakin lengkaplah penderitaan manusia yang kurang beruntung nasibnya di dunia ini. Gas susah, minyak tanah langka, bensin, solar kadang2 hilang dari pasaran.

Lalu muncullah Bioteknologi yang dapat mengatasi masalah pencemaran lingkungan, dapat mengatasi masalah produsen pangan, dapat mengatasi berbagai penyakit, dapat mengatasi krisis energi. Tapi bioteknologi muncul bukan tanpa efek samping. Tanaman transgenik sudah banyak mendapat protes dimana-mana, karena berbagai sebab.

Inilah renungan untuk kita yang masih perlu hidup di bumi ini, bagaimana pula nasib anak cucu kita.

Sulit Sekali Dibayangkan



Kemanusiaan oleh Israel. Dengan alasan melakukan serangan balasan (siapa yang mulai?), mereka membombardir Palestina dengan korban kebanyakan wanita dan anak-anak. Luar biasanya, dan tidak perlu heran lagi, Amerika menghimbau Hamas untuk menahan diri (dari apa?). Ibaratnya si A sudah babak belur ditonjok dijotos dibogem sama si B, lalau si C dengan enteng ngomong, eh A, tahan diri dong, gila lu ya. Padahal si B gak babak belur atau sebam sama sekali.

Kita yang berada ribuan kilometer dari tempat terjadinya perang ini, akan sulit sekali membayangkan rasanya dibom oleh perlengkapan perang berat seperti itu. Bahkan, saat ini saja, saya sedang duduk di atas kursi yang empuk. Langit tampak biru. Awan seputih kapas. Sungguh, sulit sekali membayang di belahan dunia lain masih ada bangsa yang mengalami penjajahan. Sulit sekali membayangkan ada negara yang tidak bisa aman dan tenteram seperti negeri kita ini. Begitu kerasnya hidup di bawah bayang-bayang penjajah, sehingga anak yang belum akil balig pun sudah menggenggam senjata.

Sulit sekali membayangkan hidup di antara desingan peluru dan dentuman bom yang mungkin saja setiap saat bisa merenggut nyawa kita sendiri. Sulit sekali membayangkan harus menjalani hidup seperti itu seperti layaknya kita yang dengan nyaman pergi pulang kerja setiap hari bagaikan rutinitas. Sulit sekali membayangkan bahwa setiap bentuk perlawanan terhadap penjajahan itu disebut sebagai aksi teroris. Untuk Indonesia, hal itu sebenarnya tidak perlu diperherankan lagi. Pada waktu jaman penjajahan Belanda, para pejuang kita yang mulia itu disebut ekstrimis (baca: teroris) oleh para penjajah. Demikian juga Palestina. Organisasi yang terbentuk sebagai badan pelawan penjajah (baca: Hamas) dicap teroris oleh Israel. Sayangnya, karena jaringan berita global berada di bawah gurita Israel, mereka semua ikut-ikutan mengecap Hamas sebagai organisasi teroris. Padahal, mereka adalah pasukan pembela diri dari penjajah.

Drama Viktor Bout yang Mengusik Nurani


AP photo/Sakchai Lalit / Kompas Images
Viktor Bout, pedagang senjata ilegal asal Rusia, berada di balik jeruji di sebuah pengadilan kriminal, Senin (22/12) di Bangkok, Thailand. Bout ditangkap pada 6 Maret 2008 di Bangkok setelah dijebak agen rahasia Amerika Serikat yang bekerja sama dengan kepolisian Thailand.



Pada Maret 2008 para agen rahasia Amerika Serikat menyamar sebagai anggota pemberontak Amerika Latin dari Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (Revolutionary Armed Forces of Colombia/FARC). Dari sinilah awal kisah tertangkapnya Viktor Anatolyevich Bout (41). Penyamaran terjadi di Bangkok, dengan modus FARC ingin membeli senjata dari Bout, pedagang senjata asal Rusia.

FARC dalam bahasa Spanyol adalah Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia-Ejercito del Puebla (FARC-EP), kelompok pemberontak komunis. Kasus tertangkapnya Bout memercikkan berbagai isu.

Kisahnya juga mencuatkan keberadaan sebuah jaringan perdagangan senjata gelap yang tidak saja melibatkan organisasi teroris, tetapi juga pemerintahan resmi, sebagaimana ditulis Douglas Farah dan Kathi Austin dalam artikel ”Viktor Bout and The Pentagon” pada 12 Januari 2006 di situs Global Policy.

Orang-orang dari Badan Pengawas Obat-obatan AS (DEA) selama setahun menerobos lingkaran dalam Bout dan berhasil meyakinkan Bout untuk mengadakan sebuah pertemuan di satu hotel mewah di Bangkok.

Bruce Falconer dari Motherjones, situs berita yang menjuluki dirinya bebas dari ketakutan, pada 18 Maret 2008 menuliskan kisah penangkapan tersebut. Alhasil, Bout bersedia terbang semalaman dari Moskwa dan mendarat di Bangkok pada 6 Maret 2008. Bout hendak bertemu dengan pelanggan baru, FARC. Penembusan jaringan Bout cukup hebat karena dia dikenal dikitari para letnan hebat.

Diadakanlah perjanjian pemasokan senjata asal gudang-gudang senjata di Eropa Timur untuk dikirim ke hutan-hutan Kolombia yang dikuasai FARC.

Perancangan pengiriman senjata diatur di Hotel Sofitel Silom yang mewah di Bangkok.

Bout dan sejumlah orangnya asal Rusia memasuki ruang konferensi tempat pertemuan dengan FARC akan diadakan. Sesungguhnya, FARC tidak pernah hadir di hotel itu, tetapi agen AS dan 50 polisi Thailand yang siap membantu penangkapan dan sudah siap-siap di luar hotel mulai pukul 5 pagi.

Kemudian polisi memasuki ruangan dengan senjata, sementara Bout dan orang-orangnya tak bersenjata. Bout langsung dibongkar dan seorang polisi Thailand mengutip ucapan Bout yang mengatakan, ”Permainan sudah usai.”

Kisah penangkapan Bout mengisahkan perannya memicu konflik di Dunia Ketiga. Kisahnya juga membuka tabir soal keberadaan mafia, pedagang obat bius, dan teroris turut menyemarakkan perdagangan ilegal senjata di era modern.

”Bout simbol dunia modern dan sebuah produk pasca-Perang Dingin,” kata Mark Galeotti, sejarawan yang menasihati Pemerintah Inggris soal kejahatan terorganisasi Rusia.

Untuk bisa bekerja sama dengan semua pihak, Bout melepaskan diri dari semua atribut politik resmi. Dia bisa mengirim senjata kepada mulai dari pemberontak, bisnis resmi, kelompok penyalur bantuan, hingga pemerintahan, termasuk AS. Bout memiliki armada penerbangan, memiliki kontrak kerja dengan KBR (perusahaan AS, dengan Wakil Presiden AS adalah salah satu mantan eksekutif) dan Federal Express, untuk pengiriman senjata dan personel ke Irak bertahun-tahun setelah invasi AS ke Irak tahun 2003. ”Ini membuat Bout sulit ditangkap,” kata Galeotti.

Licin dan sakti

Pada 9 Maret 2008 harian Inggris, Guardian, juga menyebutkan, Bout memasok senjata ke Hezbollah Lebanon untuk berperang melawan Israel.

Farah mengatakan, dia licin dan orang yang mendadak muncul dan sakti. Bout lulusan Institut Militer Bahasa Asing di Uni Soviet pada akhir 1980-an. Dia pernah jadi penerjemah di Afrika untuk Angkatan Udara Rusia dan istrinya seorang eks KGB.

Kemudian Uni Soviet ambruk. Bout melihat kesempatan. Pengelolaan gudang senjata kacau. Pejabat dan tentara menjual apa saja yang bisa dijual. Mulailah Bout membentuk jaringan di Belgia dan Uni Emirat Arab. Dia memasok senjata ke daerah konflik di sejumlah negara. Dia menuai untung dari bisnis konflik.

Bout memiliki jaringan armada eks milik Uni Soviet yang leluasa menerbangi udara di negara berkembang yang miskin, dengan monitor khususnya Afrika dan Asia. Penerbangannya memiliki bisnis di 60 negara. Pakar penerbangan mengatakan jaringannya sebagai yang terbesar di era pasca-Uni Soviet.

Sepak terjangnya di Belgia dan Uni Emirat Arab, yang dijadikan basis pengiriman senjata ke wilayah konflik, sudah diketahui dan terus dipantau para diplomat dan wartawan yang penasaran selama enam tahun terakhir.

Bout pernah mengirimkan bantuan kepada korban tsunami pada 2004, korban gempa Pakistan pada 2005, dan mengirimkan pasukan perdamaian PBB dan senjata ke Darfur, Sudan.

Senjata Rusia yang dikirim Bout kepada Hezbollah memberi banyak kerusakan pada Israel selama konflik Israel-Hezbollah tahun 2006.

Bout memiliki kehebatan sebagai pedagang senjata dan memberikan ketenangan kepada rezim rapuh dan kelompok-kelompok teroris. Dia mampu mengirimkan senjata tepat waktu dan hal ini berlangsung lama.

Menurut pakar yang mengetahui Bout, kehebatan terletak pada kemampuannya yang membuatnya lebih menarik ketimbang para panglima perang dan penyelundup.

Alex Yearsley dari Global Witness yang berbasis di London mengatakan, pengiriman senjata Bout dibayar dengan sumber daya alam di Afrika. Bout bisa menjadi siluman tidak saja karena minimnya keinginan politik, tetapi juga karena kekacauan politik di dunia nyata.

Jika tertangkap, Bout bukan diadili, malah dipakai kembali oleh sejumlah pemerintahan. Dewan Keamanan PBB tidak seragam soal penangkapannya. Kisahnya terbongkar sejak PBB menyatakan Bout sebagai penjahat dan Departemen Keuangan AS membekukan kekayaannya.

Bout tetap bisa melanjutkan operasi dari Rusia. Yearsley mengatakan, tampaknya Bout dilindungi Pemerintah Rusia. ”Dia tampak dilindungi pejabat tinggi Rusia, hidup bahagia di Rusia walau ada surat penangkapan dari Interpol dan Belgia. Dia dipakai Vladimir Putin untuk mengacau kelompok liberal Barat dan membuat sejumlah jenderal Rusia kaya,” lanjutnya.

Farah mengatakan, keinginan Bout bekerja sama dengan Hezbollah, Pengadilan Islam Somalia, dianggap sebagai kelompok Al Qaeda oleh AS, mempercepat kejatuhannya. ”Saya kira Bout ditangkap karena beberapa alasan. Dia tidak lagi berguna bagi AS karena bekerja sama dengan kelompok yang menjadi musuh-musuh AS,” kata Yearsley.

PEMENANG DARI ISRAEL v.s PALESTINA

LEPASKAN sejenak kaca mata agama atau fanatisme terhadap negara/kelompok tertentu dalam melihat konflik di galur Gaza. Mari kita ganti dengan kaca mata yang lain untuk melihat siapa pemenang sesungguhnya dari konflik berkepanjangan dan tak urung usai ini.

Beberapa hari terakhir ini media koran, radio, TV termasuk blog dibanjiri oleh berita tentang perkembangan terakhir konflik ini, demonstrasi menentangnya serta upaya-upaya untuik menggalang dukungan bagi rakyat Palestina. Dari sana kita bisa tahu betapa Israel dengan persenjataan dan pesawat canggihnya seakan tidak malu untuk melawan Hamas dengan senjata yang seadanya.

Di sisi lain, ada suatu kesamaan di antara kedua negara tersebut, yaitu penggunaan peralatan perang beserta asesorisnya (pesawat tempur, tank, roket, senjata berat/ringan, amunisi, bom, granat, mesiu, dll). Tentunya dengan kemampuan dana masing-masing pihak yang bertikai, asesoris yang dimiliki juga berbeda. Istilah dagang “ada uang ada barang” berlaku di sini. Tak lupa juga, semakin lama perang berlangsung, makin laris pula barang dagangan sang pembuat senjata.

Sama seperti bisnis lainnya, pabrik pembuat senjata juga punya tenaga-tenaga penjual profesional dan juga punya perantara/broker untuk memasok senjata di lintas negara. Sesuai dengan karakter bisnisnya, pihak marketing dan broker perusahaan senjata harus melobby orang-orang yang mempunyai kedudukan dan wewenang tinggi untuk memutuskan suatu tindakan perang ke negara lain atau penggunaan senjata di wilayahnya. Bukan tidak mungkin kalau mereka harus memberi komisi kepada petinggi-petinggi negara tersebut.

Entah berapa biaya yang dikeluarkan oleh pihak Israel dalam perang ini, sementara Amerika mengeluarkan biaya ratusan milyar dollar untuk perang Iraq. Sebagian besar biaya dikonsumsi oleh penggunaan peralatan perang serta asesorisnya. Orang seperti Viktor Bout adalah contoh nyata pemasok senjata. Bout juga mengingatkan akan film tentang kisah seorang pemasok senjata asal Rusia bernama Yuri Orlov, yang diperankan oleh Nicolas Cage, dalam film “Lord of War”.

Pabrik pembuat senjata, broker serta pemasoknya adalah pemenang sebenarnya dalam konflik ini dan juga di konflik atau perang lainnya.

Ketika anak-anak di Israel berlarian karena menghindar serangan bom dan penduduk Israel ketakutan dihujam roket, sang penjual senjata dan pemilik perusahaan senjata tersenyum di rumahnya masing sambil menghirup kopi panas dan membaca koran pagi tentang konflik di Gaza. Merekapun senantiasa berharap perang atau konflik akan terus berlangsung dan tak berakhir.

Seandainya tidak memakai persenjataan, kita biarkan saja mereka yang berperang itu hanya mengandalkan kepalan tinju atau tendangan kaki. Rasanya cukup adil dan jantan!