Kamis, 29 Januari 2009

Drama Viktor Bout yang Mengusik Nurani


AP photo/Sakchai Lalit / Kompas Images
Viktor Bout, pedagang senjata ilegal asal Rusia, berada di balik jeruji di sebuah pengadilan kriminal, Senin (22/12) di Bangkok, Thailand. Bout ditangkap pada 6 Maret 2008 di Bangkok setelah dijebak agen rahasia Amerika Serikat yang bekerja sama dengan kepolisian Thailand.



Pada Maret 2008 para agen rahasia Amerika Serikat menyamar sebagai anggota pemberontak Amerika Latin dari Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (Revolutionary Armed Forces of Colombia/FARC). Dari sinilah awal kisah tertangkapnya Viktor Anatolyevich Bout (41). Penyamaran terjadi di Bangkok, dengan modus FARC ingin membeli senjata dari Bout, pedagang senjata asal Rusia.

FARC dalam bahasa Spanyol adalah Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia-Ejercito del Puebla (FARC-EP), kelompok pemberontak komunis. Kasus tertangkapnya Bout memercikkan berbagai isu.

Kisahnya juga mencuatkan keberadaan sebuah jaringan perdagangan senjata gelap yang tidak saja melibatkan organisasi teroris, tetapi juga pemerintahan resmi, sebagaimana ditulis Douglas Farah dan Kathi Austin dalam artikel ”Viktor Bout and The Pentagon” pada 12 Januari 2006 di situs Global Policy.

Orang-orang dari Badan Pengawas Obat-obatan AS (DEA) selama setahun menerobos lingkaran dalam Bout dan berhasil meyakinkan Bout untuk mengadakan sebuah pertemuan di satu hotel mewah di Bangkok.

Bruce Falconer dari Motherjones, situs berita yang menjuluki dirinya bebas dari ketakutan, pada 18 Maret 2008 menuliskan kisah penangkapan tersebut. Alhasil, Bout bersedia terbang semalaman dari Moskwa dan mendarat di Bangkok pada 6 Maret 2008. Bout hendak bertemu dengan pelanggan baru, FARC. Penembusan jaringan Bout cukup hebat karena dia dikenal dikitari para letnan hebat.

Diadakanlah perjanjian pemasokan senjata asal gudang-gudang senjata di Eropa Timur untuk dikirim ke hutan-hutan Kolombia yang dikuasai FARC.

Perancangan pengiriman senjata diatur di Hotel Sofitel Silom yang mewah di Bangkok.

Bout dan sejumlah orangnya asal Rusia memasuki ruang konferensi tempat pertemuan dengan FARC akan diadakan. Sesungguhnya, FARC tidak pernah hadir di hotel itu, tetapi agen AS dan 50 polisi Thailand yang siap membantu penangkapan dan sudah siap-siap di luar hotel mulai pukul 5 pagi.

Kemudian polisi memasuki ruangan dengan senjata, sementara Bout dan orang-orangnya tak bersenjata. Bout langsung dibongkar dan seorang polisi Thailand mengutip ucapan Bout yang mengatakan, ”Permainan sudah usai.”

Kisah penangkapan Bout mengisahkan perannya memicu konflik di Dunia Ketiga. Kisahnya juga membuka tabir soal keberadaan mafia, pedagang obat bius, dan teroris turut menyemarakkan perdagangan ilegal senjata di era modern.

”Bout simbol dunia modern dan sebuah produk pasca-Perang Dingin,” kata Mark Galeotti, sejarawan yang menasihati Pemerintah Inggris soal kejahatan terorganisasi Rusia.

Untuk bisa bekerja sama dengan semua pihak, Bout melepaskan diri dari semua atribut politik resmi. Dia bisa mengirim senjata kepada mulai dari pemberontak, bisnis resmi, kelompok penyalur bantuan, hingga pemerintahan, termasuk AS. Bout memiliki armada penerbangan, memiliki kontrak kerja dengan KBR (perusahaan AS, dengan Wakil Presiden AS adalah salah satu mantan eksekutif) dan Federal Express, untuk pengiriman senjata dan personel ke Irak bertahun-tahun setelah invasi AS ke Irak tahun 2003. ”Ini membuat Bout sulit ditangkap,” kata Galeotti.

Licin dan sakti

Pada 9 Maret 2008 harian Inggris, Guardian, juga menyebutkan, Bout memasok senjata ke Hezbollah Lebanon untuk berperang melawan Israel.

Farah mengatakan, dia licin dan orang yang mendadak muncul dan sakti. Bout lulusan Institut Militer Bahasa Asing di Uni Soviet pada akhir 1980-an. Dia pernah jadi penerjemah di Afrika untuk Angkatan Udara Rusia dan istrinya seorang eks KGB.

Kemudian Uni Soviet ambruk. Bout melihat kesempatan. Pengelolaan gudang senjata kacau. Pejabat dan tentara menjual apa saja yang bisa dijual. Mulailah Bout membentuk jaringan di Belgia dan Uni Emirat Arab. Dia memasok senjata ke daerah konflik di sejumlah negara. Dia menuai untung dari bisnis konflik.

Bout memiliki jaringan armada eks milik Uni Soviet yang leluasa menerbangi udara di negara berkembang yang miskin, dengan monitor khususnya Afrika dan Asia. Penerbangannya memiliki bisnis di 60 negara. Pakar penerbangan mengatakan jaringannya sebagai yang terbesar di era pasca-Uni Soviet.

Sepak terjangnya di Belgia dan Uni Emirat Arab, yang dijadikan basis pengiriman senjata ke wilayah konflik, sudah diketahui dan terus dipantau para diplomat dan wartawan yang penasaran selama enam tahun terakhir.

Bout pernah mengirimkan bantuan kepada korban tsunami pada 2004, korban gempa Pakistan pada 2005, dan mengirimkan pasukan perdamaian PBB dan senjata ke Darfur, Sudan.

Senjata Rusia yang dikirim Bout kepada Hezbollah memberi banyak kerusakan pada Israel selama konflik Israel-Hezbollah tahun 2006.

Bout memiliki kehebatan sebagai pedagang senjata dan memberikan ketenangan kepada rezim rapuh dan kelompok-kelompok teroris. Dia mampu mengirimkan senjata tepat waktu dan hal ini berlangsung lama.

Menurut pakar yang mengetahui Bout, kehebatan terletak pada kemampuannya yang membuatnya lebih menarik ketimbang para panglima perang dan penyelundup.

Alex Yearsley dari Global Witness yang berbasis di London mengatakan, pengiriman senjata Bout dibayar dengan sumber daya alam di Afrika. Bout bisa menjadi siluman tidak saja karena minimnya keinginan politik, tetapi juga karena kekacauan politik di dunia nyata.

Jika tertangkap, Bout bukan diadili, malah dipakai kembali oleh sejumlah pemerintahan. Dewan Keamanan PBB tidak seragam soal penangkapannya. Kisahnya terbongkar sejak PBB menyatakan Bout sebagai penjahat dan Departemen Keuangan AS membekukan kekayaannya.

Bout tetap bisa melanjutkan operasi dari Rusia. Yearsley mengatakan, tampaknya Bout dilindungi Pemerintah Rusia. ”Dia tampak dilindungi pejabat tinggi Rusia, hidup bahagia di Rusia walau ada surat penangkapan dari Interpol dan Belgia. Dia dipakai Vladimir Putin untuk mengacau kelompok liberal Barat dan membuat sejumlah jenderal Rusia kaya,” lanjutnya.

Farah mengatakan, keinginan Bout bekerja sama dengan Hezbollah, Pengadilan Islam Somalia, dianggap sebagai kelompok Al Qaeda oleh AS, mempercepat kejatuhannya. ”Saya kira Bout ditangkap karena beberapa alasan. Dia tidak lagi berguna bagi AS karena bekerja sama dengan kelompok yang menjadi musuh-musuh AS,” kata Yearsley.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar